Minggu, Maret 09, 2008

BAPAK BENYAMIN PARWOTO

Pak Benyamin Parwoto, bersama istri, adalah mantan Duta Besar RI di Canada dan mantan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan. Beliau diantara salah seorang pencinta dan pengagum (alm.) Cak Nur dan bergabung bersama beliau semasa Cak Nur memimpin Yayasan Wakaf Paramadina dan Universitas Paramadina (UPM). Bahkan Pak Ben adalah orang yang paling berjasa mendapatkan tanah untuk kampus UPM yang terletak di Jl. Jend. Gatot Subroto sekarang yang sebelumnya Pusdiklat Bank Mandiri.

Para Petinggi Universitas Paramadina (UPM) yang baru, seyogianya melihat aspek ini dan menghargai peran orang yang berjasa terhadap institusi yang dipimpinnya. Walaupun saya Pak Ben tdak akan pernah meminta 'dihormati', karena saya tahu beliau tidak akan gila hormat. Tapi sesuai dengan prinsip yang selalu diulang-ulang ole pendiri UPM, Allahyarham Prof. Dr. Nurcholish Madjid (Cak Nur) mengutif pepatah Arab "Al-fadhlu lil Mubtadi Wa in Ahsa al-Muqtadhi". Arti bebasnya kurang lebih, "Yang patut kita acungkan jempol adalah yang memulai, walau yang meneruskan itu lebih bagus (prestasinya)". Karena alhamdulillah saya faham baha Arab sehingga saya merespi pesn itu, karena Cak Nur selalu mengulangi pepatah tersebut. bahkan pepatah itu juga yang saya kemukakan dalam penggantian pajabat semestara Rektor Universitas Paramadina dari Prof. Dr. Marsudi W. Kisworo kepada Sudirman Said. Cukup panjang memang sejarah UPM dengan segala dinamika baik positf mapun kurang baik dalam soal ini. Karena proses diatas dianggap sebagai kudeta. Bahkan yang terkana 'efe domino'nya adalah Prof. Dr. Faisal Afiff, adik almarhum Prof. Saleh Afiff yang juga dikudeta dari posisi PR 3 UPM. Saya masih ingat beliau mengontak saya, dan saya sedang berada di JL. Rasuda Said Kuingan dalam perjalanan pulang dari UPM ke rumah, kira-kira jam 8 petang, Prof. Faisal curhat sambil sedih mengatakan, salah apa saya. Saya tidak melanggar peraturan dsb. Kenapa kesalahan orang lain- walau masih perlu klarifikasi- orang yang terkena sasaran. Begitu kurang lebih isi curhat Prof. Faisal kepada saya. Saya memag sangat akrab degan beliau dan juga dengan Prof. Achmady (ZA), kakak Prof. Ichlasul Amal.

Para petinggi UPM saat ini, karena semuanya baru dan rata-rata tidak mengetahui perjuangan dan jatuh bangunnya para "Assaabiquunal Awwaluun" atau 'al-mubtadi' bisa mengadakan audiensu atau apa namanya dalam suasan santai sambil makan siang cerita-cerita perjuangan mereka maupun kenangan selama berjuang bersama UPM dari cikal bakal hingga seperti sekarang ini.

Mudah-mudahan...

Tidak ada komentar: