Rabu, September 17, 2008
77 TAHUN SYAHID OMAR AL-MUKHTA
PERINGATAN KE-77 SYAHID SYUHADA OMAR MUKHTAR
Tepat pada hari ini, 16 September (Al-Fateh) 2008, 77 tahun lalu, 16 September 1931 Omar Mukhtar, tokoh pejuang Libya enjadi syuhada di tiang gantungan penjajah Italia. Komite Rakyat Umum (General People’s Committee) Libya mengeluarkan keputusan No. 222 tahun 1376 WR (2008) bahwa hari Selasa, tanggal 16 September 2008 pada hari ini memerintahkan sebagai hari berkabung di seluruh Libya. Berdasarkan keputusan ini rakyat Libya diminta untuk mengheningkan cipta pada pertengahan siang hari selama 5 menit mengenang jasa tokoh syuhada tersebut. Hal ini berlaku disemua kegiatan dan aktifitas, seperti rumah, jalan raya, airport, pelabuhan, perkantoran, pusat perbelanjaan dsb.
Omar Mukhtar digantung di tiang gantungan oleh penjajah Italia di kota Saluq tepat 77 tahun pada peperangan terakhir antara Libya dan Italia. Dia dikenang sebagai syahid syuhada yang terakhir. Sedangkan yang menjadi syahid pertama pada peperangan tahun 1911 adalah Abdul Salam Hameed Abu Minyar Al-Gaddafi, dari clan pemimpin Libya sekarang, Muammar Muhamed Abu Minyar Gaddafi.
Omar Mukhtar nama lengkapnya adalah Omar al-Mukhtar Muhammad Farhat Abridan Emuhammad Moumin bouhadimah Abdullah Elm Manaf bin Muhsin bin Hasan bin Ikrimah bin Al-Watah bin Sufyan bin Khalid bin Al-Jusyafi bin Thahir bin Al-Arqa’ bin Sa’id bin Uwaidah bin Al-Jarah bin Khafi (dikenal juga Al-Urwah) bin Hisyam bin Manaf al-Kabir dari kabilah Quraisy di Makkah.
Dilahirkan pada tahun 1858 di desa Janzour al-Syarqiyah, daerah bir Al-Asyhab, Tubruq di Badiyah Al-Buthnan, sebelah timur Burgah. Dia menjadi yatim ketika ayah, Al-Mukhtar meninggal dunia dalam perjalanan menuju Makkah bersama isterinya Aisyah. Omar kecil mendapat anugerah Allah talenta dengan suara yang bagus dan kepemimpinan yang dapat menarik simpati massa.
Omar Mukhtar terlibat dalam perang kemerdekaan dan jihad sejak awal, setapak demi setapak ketika Italia mengumumkan perang kepada Turki pada tgl 29 september 1911. dimulai perang di daerah pesisir Libya seperti kota-kota Darnah, Tripoli, Tubruq, Benghazi dan Al-Khams. Pada saat itu Omar Mukhtar menetap di Jalu setelah kembali dari Kufrah (Kota yang belum lama tempat landing pesawat Sudan yang dibajak). Ketika mengetahui peperangan tersebut ia bergegas ke Pusat Konsentrasi Massa Mujahidin dimana ia ikut andil dalam pembentukan dan Tanzim Jihad dan Perlawanan. Perlawanan sengait terjadi, pasca mundurnya Turki dari Libya tahun 1912, yaitu peperangan hari Jum’at di Darnah pada tgl. 16 Mei 1913 dimana tentara Italia terbunuh 10 orang komandan, 40 tentara, 400 orang cedera dan hilang dan menyebabkan tentara Italia mundur dan meninggalkan peralatan perang mereka. Dia juga ikut perang dalam peperangan Bou Syamal di Ain Marah pada 6 Oktober 1913 dan beberapa peperangan lainnya.
Pada tahun januari dan Februari 1930 Italia berhasil menduduki Murzuk dan Ghat, Selatan libya berbatasan dengan Al-Jazair, kemudia menyerang berbagai basis mujahidn di berbagai wilayah. Pada 26 Agustus 1930 Italia menjatuhkan bom seberat setengah ton di kota Juf dan Taj. Pada Nopembernya Panglima Italia di Libya telah menyetujui penyerangan dari Agdabia, Jalu ke Bir Zigen dan ke Juf. Pada 28 Januari 1931 Kufrah dapat dikuasai. Dengan jatuhnya Kufrah tersebut mempengaruhi gerakan jihad dan perlawanan pejuang Libya. Pada perang As-Saniyah yang terjadi pada bulan Oktober 1930 kaca mata Omar Mukhtar jatuh dan tertinggal. Ketika ditemukan oleh salah seorang tentara Italia dia berikan kepada Komandan Italia. Komandan tersebut berkata, ’sekarang kita mendapatkan kacamatanya, nanti kita dapatkan lehernya’. Pada 11 september 1931 ketika Omar Mukhtar meninjau dan memantau wilayah Salnathah dengan beberapa pasukan berkudanya, pasukan Italia mengetahui hal tersebut dan mengirim pasukan untuk mengepung pasukan berkuda Omar Mukhtar, maka terjadi pertempuran di Wadi (Oase) Bou Thaqah. Karena pasukan tentara Italia lebih besar dan sudah terkepung, Omar Mukhtar memerintahkan pasukannya untuk menyebar dan menyelamatkan diri. Tapi kuda yang ditungganginya tertembak lawan dan dia berhasil ditangkap. Maka selanjutnya dia dikirim ke Musa Sousah dan kemudian dipindahkan ke Benghazi dimana dia ditahan di penjara di daerah Sidi Akhribis. Pada tgl 14 September 1931 Komandan Tentara Italia tiba di Benghazi dan esoknya, 15 september 1931 Omar mukhtar akan disidang. Dalam persidangan terjadi dialog antara Panglima dengan Syeikh Omar Mukhtar.
’Kenapa anda memerangi Italia’
’Demi agama dan tanah air saya’
‘Bagaimana keyakinanmu untuk sampai kesitu’
‘Tidak ada, kecuali mengusir kamu. Karena kalian adalah penjajah. Sedangkan dalam hal ini perang diwajibkan kepada kami dan kemenangan hanya dari Tuhan’.
’Apa yang membuat kamu punya kekuasaan dan massa. Berapa lama kamu dapat memerintahkan pasukan kamu untuk tunduk kepada kami dan menyerahkan senjata mereka’
’Tidak mungkin saya melakukan hal itu. Kami pejuang yang sudah berniat dan bersumpah bahwa semua kami akan mati satu persatu. Kami tidak akan menyerah atau melemparkan senjata kami’.
Maka Omar Mukhtar disidang dengan persidangan dagelan pada sore hari tgl 15 September 1931 dan dihukum dengan hukuman mati di tiang gantungan. Mendengar hukuman tersebut, Omar Mukhtar berkata, ’sesungguhnya keputusan kecuali oleh Allah. Bukan keputusan yang kalian lakukan. Inna Lillahi wainna ilayhi rajiun’.
Pada hari Rabu pagi, 16 September 1931 (1 Jumadil Awwal 1350) semua persiapan pelaksaan hukuman gantung sudah disipkan dan dipanggil 20.000 keluarga dan semua tahanan politik dari berbagai wilayah untuk melihat proses penggantungan pimpinan mereka. Syeikh Omar Mukhtar dibawa dengan tangan diborgol, tapi wajahnya senyum, rela dengan qadha dan qadar tuhan. Tepat pada jam 09.00 pagi syeikh diserahkan kepada algojo. Dengan wajah tersenyum karena bahagia dengan kesyahidannya. Dengan tenang ketika tambang gantungan sudah melilitdi lehernya dengan tenanga beliau mengucapkan azan shalat dan membaca ayat suci al-Qur’an ayat, Ya Ayyathunnafsul Muthmainnah Irji’i ila Rabbiki Radhiyatan Mardhiyyah, sebagai akhir dari hayat di dunia. Sekian detik kemudian ruh pejuang dan mujahid tersebut telah diterima kembali oleh Sang Penciptanya, Allah swt. Penguasa Italia mengancam bagi siapa saja yang menampakkan kesedihan dengan dihukumnya dan digantungnya Omar Mukhtar akan disiksa oleh pasukan penjajah. Banyak diantara warga yang sedih dan rela disiksa.
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh syahid syuhada Omar Mukhtar adalah, ’Kami tidak akan menyerah. Kami menang atau mati. Ini bukan akhir dari perjuangan kami. Akan tetapi generasi berikutnya akan mengikuti jejak kami. Sedangkan saya, sesungguhnya umur saya lebih panjang dari umur algojo saya.
Tepat pada hari ini, 16 September (Al-Fateh) 2008, 77 tahun lalu, 16 September 1931 Omar Mukhtar, tokoh pejuang Libya enjadi syuhada di tiang gantungan penjajah Italia. Komite Rakyat Umum (General People’s Committee) Libya mengeluarkan keputusan No. 222 tahun 1376 WR (2008) bahwa hari Selasa, tanggal 16 September 2008 pada hari ini memerintahkan sebagai hari berkabung di seluruh Libya. Berdasarkan keputusan ini rakyat Libya diminta untuk mengheningkan cipta pada pertengahan siang hari selama 5 menit mengenang jasa tokoh syuhada tersebut. Hal ini berlaku disemua kegiatan dan aktifitas, seperti rumah, jalan raya, airport, pelabuhan, perkantoran, pusat perbelanjaan dsb.
Omar Mukhtar digantung di tiang gantungan oleh penjajah Italia di kota Saluq tepat 77 tahun pada peperangan terakhir antara Libya dan Italia. Dia dikenang sebagai syahid syuhada yang terakhir. Sedangkan yang menjadi syahid pertama pada peperangan tahun 1911 adalah Abdul Salam Hameed Abu Minyar Al-Gaddafi, dari clan pemimpin Libya sekarang, Muammar Muhamed Abu Minyar Gaddafi.
Omar Mukhtar nama lengkapnya adalah Omar al-Mukhtar Muhammad Farhat Abridan Emuhammad Moumin bouhadimah Abdullah Elm Manaf bin Muhsin bin Hasan bin Ikrimah bin Al-Watah bin Sufyan bin Khalid bin Al-Jusyafi bin Thahir bin Al-Arqa’ bin Sa’id bin Uwaidah bin Al-Jarah bin Khafi (dikenal juga Al-Urwah) bin Hisyam bin Manaf al-Kabir dari kabilah Quraisy di Makkah.
Dilahirkan pada tahun 1858 di desa Janzour al-Syarqiyah, daerah bir Al-Asyhab, Tubruq di Badiyah Al-Buthnan, sebelah timur Burgah. Dia menjadi yatim ketika ayah, Al-Mukhtar meninggal dunia dalam perjalanan menuju Makkah bersama isterinya Aisyah. Omar kecil mendapat anugerah Allah talenta dengan suara yang bagus dan kepemimpinan yang dapat menarik simpati massa.
Omar Mukhtar terlibat dalam perang kemerdekaan dan jihad sejak awal, setapak demi setapak ketika Italia mengumumkan perang kepada Turki pada tgl 29 september 1911. dimulai perang di daerah pesisir Libya seperti kota-kota Darnah, Tripoli, Tubruq, Benghazi dan Al-Khams. Pada saat itu Omar Mukhtar menetap di Jalu setelah kembali dari Kufrah (Kota yang belum lama tempat landing pesawat Sudan yang dibajak). Ketika mengetahui peperangan tersebut ia bergegas ke Pusat Konsentrasi Massa Mujahidin dimana ia ikut andil dalam pembentukan dan Tanzim Jihad dan Perlawanan. Perlawanan sengait terjadi, pasca mundurnya Turki dari Libya tahun 1912, yaitu peperangan hari Jum’at di Darnah pada tgl. 16 Mei 1913 dimana tentara Italia terbunuh 10 orang komandan, 40 tentara, 400 orang cedera dan hilang dan menyebabkan tentara Italia mundur dan meninggalkan peralatan perang mereka. Dia juga ikut perang dalam peperangan Bou Syamal di Ain Marah pada 6 Oktober 1913 dan beberapa peperangan lainnya.
Pada tahun januari dan Februari 1930 Italia berhasil menduduki Murzuk dan Ghat, Selatan libya berbatasan dengan Al-Jazair, kemudia menyerang berbagai basis mujahidn di berbagai wilayah. Pada 26 Agustus 1930 Italia menjatuhkan bom seberat setengah ton di kota Juf dan Taj. Pada Nopembernya Panglima Italia di Libya telah menyetujui penyerangan dari Agdabia, Jalu ke Bir Zigen dan ke Juf. Pada 28 Januari 1931 Kufrah dapat dikuasai. Dengan jatuhnya Kufrah tersebut mempengaruhi gerakan jihad dan perlawanan pejuang Libya. Pada perang As-Saniyah yang terjadi pada bulan Oktober 1930 kaca mata Omar Mukhtar jatuh dan tertinggal. Ketika ditemukan oleh salah seorang tentara Italia dia berikan kepada Komandan Italia. Komandan tersebut berkata, ’sekarang kita mendapatkan kacamatanya, nanti kita dapatkan lehernya’. Pada 11 september 1931 ketika Omar Mukhtar meninjau dan memantau wilayah Salnathah dengan beberapa pasukan berkudanya, pasukan Italia mengetahui hal tersebut dan mengirim pasukan untuk mengepung pasukan berkuda Omar Mukhtar, maka terjadi pertempuran di Wadi (Oase) Bou Thaqah. Karena pasukan tentara Italia lebih besar dan sudah terkepung, Omar Mukhtar memerintahkan pasukannya untuk menyebar dan menyelamatkan diri. Tapi kuda yang ditungganginya tertembak lawan dan dia berhasil ditangkap. Maka selanjutnya dia dikirim ke Musa Sousah dan kemudian dipindahkan ke Benghazi dimana dia ditahan di penjara di daerah Sidi Akhribis. Pada tgl 14 September 1931 Komandan Tentara Italia tiba di Benghazi dan esoknya, 15 september 1931 Omar mukhtar akan disidang. Dalam persidangan terjadi dialog antara Panglima dengan Syeikh Omar Mukhtar.
’Kenapa anda memerangi Italia’
’Demi agama dan tanah air saya’
‘Bagaimana keyakinanmu untuk sampai kesitu’
‘Tidak ada, kecuali mengusir kamu. Karena kalian adalah penjajah. Sedangkan dalam hal ini perang diwajibkan kepada kami dan kemenangan hanya dari Tuhan’.
’Apa yang membuat kamu punya kekuasaan dan massa. Berapa lama kamu dapat memerintahkan pasukan kamu untuk tunduk kepada kami dan menyerahkan senjata mereka’
’Tidak mungkin saya melakukan hal itu. Kami pejuang yang sudah berniat dan bersumpah bahwa semua kami akan mati satu persatu. Kami tidak akan menyerah atau melemparkan senjata kami’.
Maka Omar Mukhtar disidang dengan persidangan dagelan pada sore hari tgl 15 September 1931 dan dihukum dengan hukuman mati di tiang gantungan. Mendengar hukuman tersebut, Omar Mukhtar berkata, ’sesungguhnya keputusan kecuali oleh Allah. Bukan keputusan yang kalian lakukan. Inna Lillahi wainna ilayhi rajiun’.
Pada hari Rabu pagi, 16 September 1931 (1 Jumadil Awwal 1350) semua persiapan pelaksaan hukuman gantung sudah disipkan dan dipanggil 20.000 keluarga dan semua tahanan politik dari berbagai wilayah untuk melihat proses penggantungan pimpinan mereka. Syeikh Omar Mukhtar dibawa dengan tangan diborgol, tapi wajahnya senyum, rela dengan qadha dan qadar tuhan. Tepat pada jam 09.00 pagi syeikh diserahkan kepada algojo. Dengan wajah tersenyum karena bahagia dengan kesyahidannya. Dengan tenang ketika tambang gantungan sudah melilitdi lehernya dengan tenanga beliau mengucapkan azan shalat dan membaca ayat suci al-Qur’an ayat, Ya Ayyathunnafsul Muthmainnah Irji’i ila Rabbiki Radhiyatan Mardhiyyah, sebagai akhir dari hayat di dunia. Sekian detik kemudian ruh pejuang dan mujahid tersebut telah diterima kembali oleh Sang Penciptanya, Allah swt. Penguasa Italia mengancam bagi siapa saja yang menampakkan kesedihan dengan dihukumnya dan digantungnya Omar Mukhtar akan disiksa oleh pasukan penjajah. Banyak diantara warga yang sedih dan rela disiksa.
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh syahid syuhada Omar Mukhtar adalah, ’Kami tidak akan menyerah. Kami menang atau mati. Ini bukan akhir dari perjuangan kami. Akan tetapi generasi berikutnya akan mengikuti jejak kami. Sedangkan saya, sesungguhnya umur saya lebih panjang dari umur algojo saya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar